/1/
Mendongeng
tentang daun pintu yang mulai melengkung saat hari bertambah panas
tentang jendela kamar yang gagal meloloskan partikel cahaya setelah fajar
tentang kunci yang macet saat hendak dicabut dari lubangnya
tentang sepatu yang berserakan di depan kamar, lalu dijadikan alas tidur oleh kucing tak bertuan
tentang anak tangga yang keropos dan tampak tidak begitu aman
tentang teras yang lebih kotor saat akhir pekan berakhir -
aroma gosong yang tercium di dapur -
sisa makanan dan tangis yang menyumbat saluran wastafel -
juga biang roti yang tersimpan hampir sepuluh hari dalan lemari pendingin
Mendongeng
tentang kekasih yang merokok di hadapanku
duduk menahan sakit akibat luka yang terinfeksi
menahan demam dan kantuk dengan papan caturnya
Kekasihku bermain sendirian
Sedang aku di hadapannya mengawasi dengan kepanikan
Gerimis seolah selalu memenangkan pertarungan
Lantas mengapa raja bisa ditipu begitu saja oleh pion biasa?
/2/
Aku, barangkali juga kamu
terburu-buru menggeser bidak, mendorongnya berlarian menuju kotak lain secara menyilang
padahal sore sedang bersahaja dan hangat-hangatnya
/3/
Langkah aku percepat, namun kecemasan berhasil menabrakku
Menyudutkan pinggul dan sedikit membantingku ke tembok dengan permukaan cukup kasar untuk meninggalkan luka permanen di atas kulit
dan berpesan, "mendongenglah hari ini. Mendongenglah tentang bidak dan strategi. Atau mendongeng tentang bagaimana waktu lincah mempermainkan musim. Ketika rindu hujan, dipanggilnya mendung dan keikhlasan untuk benar-benar basah dan menggigil. Atau ketika rindu hari yang cerah, dipanggilnya terik dan kerendahan hati untuk ditinju kekeringan dan bibir pecah-pecah. Mendongenglah sekali lagi, tentang Sapardi yang sudah tenang, tentang puisi yang terlahir berulang kali, sebab yang fana adalah waktu, dan duka abadi."
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin