Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2010

Astaga!

Bahkan langit akan mengutuk Bagi siapa yang menghilangkan Bulan malamharinya. Bahkan Langit akan mengutuk Bagi siapa yang pulas bersandar Di pundak yang bukan milik kekasih Yang sudah dibayar lunas kasihsayangnya. Bahkan langit Akan mengutuk bagi siapa Yang menyebut batu pertama tujuh warna Dan kuburbatu berundan sebagai mulut kematian Yang menyimpan kenangan bagi yang Hidup, keadaan bagi yang takut Kecaman bagi yang tak merubah Arah runcing mata senjata terhadap lawannya 2010

Alergi

Alergi Cuaca dingin kembali datang Setelah lima bulan pergi tanpa pamit pada orang orang disekitar seperti lautan Dan surat izin liburan di tengah musim Dibuatnya bingung acak acakkan. Cuaca dingin, saat ini Apakah yang dapat membuatmu pergi Kembali. Seperti lima bulan silam Kamu kabur menyelinap di bawah Gorong gorong rumah tikus yang kenyang Dengan kejunya Cuaca dingin, ini tubuhku sedang merinding Hamper separo bulu dan rambutku Pada berdiri. Pori poriku membesar Dibiarkannya begitu saja keringat keluar Tanpa mesti ada kompromi Dan tatakrama semisal bilang Mau pamitan cari angin. Cuaca dingin, semestinya kamu tahu Tentang kebiasaan alergiku yang tiap kali Muncul saat kedatanganmu. Caladine Di kamar sedang habis. Obat tablet Di laci tinggal sepotong. Sisanya Pecah jadi bubuk debu yang terbang. Cuaca dingin, bukankah Dulu kamu berjanji bersetia padaku Pada orang orang terdekatku Tak akan datang sekali pun Waktu yang tertanda di ingatanmu Membawamu k

Matahari dan Burung yang Memakan Khuldi

Matahari dan Burung yang Memakan Khuldi Naiklah matahari Seperti naiknya burung burung Yang memakan buah khuldi Satu persatu buah itu Tumbuh di mulutmu Yang masih mengatakan Cinta adalah hal dan ide Mengenai mimpi yang paling khayal Bahkan ketika yang betina Datang merangkul matahari Di pundak dan dada kirinya Buah khuldi tumbuh perlahan Pada lingkar puting merah mudanya Buah khuldi itu kemudian tersenyum Mengembangkan masing masing kemaluan Yang lupa jalan pulang. Membuka tubuh yang masih telanjang Agar menjadi satu nama Yang mengikrarkan bahwa ketiadaan Berawal dari kepastian yang tak nyata pula. 2010

Teror

Teror Kalau saja ada tubuh cinta Yang masih terbang di dekat Televisi, pasti senapan serdadu Yang dicuri bapak tadi malam Sedah saya tembakkan ke pantatnya Yang tak bisa diam Bayangkan, sudah enam acara Gossip bianglala dilewatkan begitu saja Padahal besok di kantor Teman kanan kiri Pasti ngerumpi selebiriti Yang anu ini itu kawin lagi Atau barangkali juga minta dicerai Sama pasangan masing masing. Apa untungnya kalau hidup ini Berpisah lagi? Baru satu tahun Tidur saling berpelukan Merangkai rancangan baju anak anak Menghitung banyak nutrisi untuk si bayi Apa susahnya sekali lewat nonton televisi Tanpa mesti diganggu tubuh cinta Yang kemudian mesti ditembak Lalu tewas seketika? 2010

Thallus

Thallus -1- Hallo! Apakah tubuhmu masih di dalam tangkai mawar yang sengaja dipetik agar durinya mongering. Terkelupas satu persatu? -1.2- Hallo! Apakah suara sesayup sunyi detelingamu terdengar berdenging mengiau seperti kucing yang tak mau mati ditikam pemiliknya? -1.3- Hello! Apakah kamu suka sarapan lidah sepatu yang dipanaskan di wajan berminyak tanpa margarin tanpa keju tanpa gilingan kacang tanpa garam tanpa lada tanpa apa apa? -1.4- Hello Apa yang masih kamu pikirkan? Foto telanjang bapak ibumukah? Atau perbincangan kita yang terlalu tak masuk akal? -1.5- Hello! Apakah kamu mengerti dengan perkataanku sebelumnya? Perkataan di mana tak ada pagi sedingin freezer kulkas yang baru saja didandani tukang becak yang mondar mandir mengawal penumpangnya ke pasar, ke swayalan, ke supermarket , ke gedung pernikahan, ke restoran kepiting asam? -1.6- Hello! Apakah kamu tak suka perbincangan? Apakah kamu lebih suka pertanyaan yang diam, pertanyaan orang orang bisu

Pra dan Pasca

Pra dan Pasca Kau percaya bagaimana Batu mulanya menetes perlahan di kaca Lalu menampar wajahmu hingga berdarah Bibirmu kemudian lumer Dan hati Apakah akan ikut terjatuh Luruh dari rumah perahunya Sedang aku disini Masih berdiri Demi keinginan untuk masuk Lewat jendela samping pintu rumah kemustahilanmu. Lalu masihkah kau percaya Tentang kegoyahan katakata Yang sengaja dibuat berkelindan Pada ingatan yang tiba-tiba akan menghilang Berkumpul menjadi peledak yang Meraung-raung. Memanggil cinta Dan meminta doa sebagai suatu isyarat yang sacral? 2010

Pleura

Atau ketika Kita memilih menyalakan rindu Dari tanah yang ditanak Di dalam tungku yang menyalakan mekar mawar Kita sepakat Bahwa setelah Bapa dan Tuhan yang Satu Masih ada ibu dan cintanya Yang tak ingin Benar-benar melupakan malam Setelah berkali-kali bermimpi di sianghari Mengejar anaknya Bermain mobil-mobilan Bermain sembunyi-sembunyi Bermain music dan bunyian Bermain kawin-kawinan Sebab di antara usia yang menjadi batas waktu Kelak kita akan dewasa juga Dewasa memetik arti gugur bunga ditimpa tubuh angina yang gemuk Dan selain batang yang begitu setia menjadi awal mula kejadian yang menyembulkan kita Beserta niat ibu kita. -Palembang, 2010

Black Scarf Untuk Pecandukata

Ialah Bapak dari dalam keyakinan Yang kita percayai Sebagai kemasygulan dan kemakmuran doa Yang bertebaran di sepanjang perjalanan Yang tak begitu saja dengan mudah Dipaksakan untuk bersetia Bersedia Berlama dan berulangkali Bertahan dari reruntuh waktu Yang jatuh Dan mengerat erat peluk pada Tangan yang membawa dan Memikul rindu yang berkembang Dan tanpa hilang percuma -- Sekayu '10