Langsung ke konten utama

Postingan

Badai

Bibir gosongmu di kantung bajuku hampir mengelupas. Satu persatu jatuh, mengenai kulitku. Kamu bilang tak apa, usia pasti akan meranum. Menyinggahi segala musim yang menemui hidupnya dan kematian Kamu bilang, malam ini ada badai. Badai rindu yang mencuat menjadi gunung-gunung berkabut. Ratusan meter dari matamu yang berasap. Kamu peluk aku yang ingin mematahkan sendi-sendi jari, agar tak ada selimut yang bisa ditarik menuju badanku. Pelabuhan masih jauh. Sepuluh hari lagi baru sampai. kita seolah sudah kalah menahan badai yang tak kalah dingin di mulut laut.

Sebuah Musim

: atau musim di sini begitu asing hingga orang-orang dan denyut mereka pada tiap daun lontar menjadi beku. pada keterbatasan setiap ruas sedang tanah di laut dan di bawah rumah masih begitu lapang : atau musim di sini begitu asing ketika kata harus muncul di mulutbotol bir sampai di kafekafe orangorang habis berciuman habis dengan kekosongan : atau musim di sini begitu asing betapa ini kita tidak segaris dengan jalan yang ditaburi bunga musim di sini begitu asing. . . Sekayu, jan '10

Hujan Berdentum Menyerbu Kotaku

seperti katamu, zaman hujan di antara betis-betis kota mulai basah, berdentum menyerbu kotaku yang asing. padahal di tanah ini, aku masih belajar tentang reaksi matahari terhadap magnet bumi. --dapat kukatakan bahwa kutub selatan kakiku menarik selaput kutub utara kepalaku tapi apakah akan terbentuk lagi sebuah ngarai yang merobohkan sari tanahnya untuk dibangun jalan-jalan, dimana tapak kakiku akan dihitung ketika sampai di pintu rumah a-ba-ta ku-da i-ni : dan aku masih mengeja seperti katamu, akan ada bendungan dalam air, mengisi kebunkopi, kebun jagung, lahan pertanian di tangan kotaku agar tidak mengering dan mengerut seperti pelipis kiriku seperti katamu, hujan itu berdentum di kotaku, begitu terasa di pundak pagi, sampai kabut menebal dan bertambal lancip : berdentum menyerbu kotaku sekayu, 18 jan '10

Manuskrip Peka

: drp "di jantung mana sarafmu akan peka terhadap bunyi yang menadah hujan lalu jatuh ke pori tanganmu sebagai puisi yang lahir dari rangsang kulitmu?" "atau ketika airnya masuk ke lubang telinga dan menembus tulang martil untuk dipukulkan ke gendang telinga, maka bunyi pun akan berdentum, memantul dan kembali lagi seperti seserpih sajak yang musti di dengar" "dan matamu yang berbintik hitam akan menerima cahaya sebagai suatu kilauan yang hidup, yang berawal dari prisma segitiga, memantulkannya lewat langit setelah hujan berlalu ditanganmu." "lalu saraf siapa yang musti dituju sesungguhnya?"

Waktu

"inilah namanya sebuah tujuan di setiap jarak lubang-lubangnya" waktumu adalah sepertiga masa dalam buku dengan karangan dan sampul stofmap biru ketika akan kau mulai halaman pertama entah kenapa seperti ada hidungmu yang masih putih mirip sekali dengan lancipnya pundak ibumu dan ketika tulang rawanmu mulai mengeras membentuk peta serupa hiasan dinding ruang kerja ibumu. kau mulai tahu bahwa bangunan hidup akan segera berdiri palembang, jan '10

Hujan

Hujan baru sampai di kotaku ketika air di tenggorokanmu pecah dan mengering. toko-toko di antara pagar rumah dibuka, ibuibu dalam tenda menggendong bayi barunya seketika berlari membeli cermin dan sandaljepit ala penambang tekstil di atas pegunungan yang tak lagi ada dingin hujan baru sampai di kotaku ketika rambut tanganku mulai gugur serupa daun mahoni dan eboni yang jatuh ke reruntuhan erosi. di pinggir sungai ikanikan telah menjadi asin dan karang berbunga dalam musim dan cuaca adalah langit yang bernama malam hujan baru sampai di kotaku ketika kotak dan sepatu tali mulai dibuka berjalan mengelilingi tikungantikungan curam di antara yang paling terjal hujan baru sampai di kotaku ketika matahari memulai usia yang begitu lama merah di rambutnya adalah air yang ditampung untuk kemarau berikutnya hujan baru sampai di kotaku yang bernama dingin sekayu, 09-02-2010

Majesti

: Majesti seperti katamu, Majesti malam ini aku menemukan orang-orang dalam musik. pada suara kecapi dalam sebuah pesta dan sebuah perkawinan aku kembali menemukan pakaian-pakaian ketat ada tubuhmu yang sedang menari-nari di atas upacara perkawinan itu antara kucingku dan kucingmu yang pernah kutitipkan sebatang lilin di hatinya telah menjadi batu yang begitu hijau ketika mataku menatap kecamata pada air itu, Majesti aku hanya menemukan bermeter-meter jalan beraspal yang dulu aku pelajari di bangku pesakitan :dari metana lalu prosesnya di mesin-mesin dan pabrik kimia seperti katamu, Majesti akan lewat tangisan anak-anak yang baru mengenal warna ibu dan bapaknya yang baru mengenal siapa yang membagi musim dan tempat-tempatnya aku hanya mendengar katamu bahwa kita akan bertemu di pesta dan perkawinan lainkali lalu mengingat batu yang paling hijau di tarian kita nanti, Majesti sekayu, 2010