Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

COBA BUAT SATU

KITA DAN RAJA kelak kau terjemahkan sandi di halaman rumahmu sebagai ruang kosong yang hidup, menjalar di lehermu, membeku, dan aku kedinginan dengan sebutan-sebutan yang mustahil keluar dari mulutmu. kita dan raja serupa tapi kau memilih pergi sebab berbeda. telah kau tempuh jarak yang jauh dari rumahmu. kau bilang bukankah perjalanan seharusnya memang jauh dan tak kasat mata? maka gunakan saja kacamata dan kamar tidurmu, keluasan dimana buku dan ingatan tidak bisa dibedakan, igauan menembus jendela, lalu tiada lagi yang berkemas terburu-buru, dan kita membaca yang jelas itu berdiri sendiri tanpa ada orang selain kita yang tiba terlebih dahulu di sana. GARCIA  kusebutkan namamu yang lenyap bersama sebuah ruang kosong yang terlena itu, di pinggir tebing angin serupa jembatan tanpa batas - udara yang sublim di permukaan kaca, lalu kucari kau dengan sebuah panggilan tersayang. aku tak pernah lupa minggu itu ketika terakhir kali kau celupkan jarimu ke sebuah luban

HALLELUJAH

HALLE Untuk seorang diri dari masing-masing kita yang hampir hilang pada diskusi saat itu, pejamkan sebentar saja mata dan lebarkan sedikit saja tangan kita. barangkali kita akan mendapati seluas pandang padang hijau-putih dan rumah yang terjamah oleh pendoa. Mereka khusuk melayangkan rapalan tersulit dan yang kita butuhkan bukan sekadar kamus bahasa asing untuk mampu membacanya. Cukupkah kita cuma diam sambil melihat ke arah luar? pemandangan yang lain di sana bukannya sama saja seperti nanar mata kosong tangis anak yang terlentang menggapai dada ibunya?  LUJAH Halle, anak itu sudah besar. Kamu tahu jalan mana yang sering ditempuhnya saat pulang sekolah? Ah tapi kamu pasti bilang hanya Tuhan yang tahu. tuhan yang terjaga memonitori kita saat semua kehidupan bukan lagi sebuah pesta. Anak itu anak yang menyebut tubuhnya pohon. Ibu bapaknya dianggap Tuhan yang mengatur garis-garis kelahiran di tanggannya. Anak yang melupakan semua kesenangan, getir anggu