Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

TENGAH MALAM

dodo arumdono dan abangnya Mari saling mencari Jika masih kita tetap berdiri Saling membaca jalan yang membelah dua Antara jarak kita yang mengarah jauh Menohok hujan yang polos Menggaris cahaya Menusuk tubuh dengan gerimis yang membikin kita semakin laut dan tenggelam

BUKAN UNTUK SIAPA-SIAPA

ada semacam dada dengan penyakit di punggungnya satu tahun tumbuh penyakit punggung satu tahun lagi tumbuh penyakit ganas dengan warna merah dan putih maka jadilah merah muda penyakit itu entah bagaimana aku mesti mengatakan bahwa penyakit adalah wujud kesepian dan semesta dengan tubuhnya yang tambun aku membayangkan penyakit cepat tumbuh dalam keadaan sedih lalu penyakit itu mulai membikin rumahnya sendiri dengan pelabuhan yang tak sepi dari kapalnya lantas penyakit itu mulai menjadi nama dan simbol kehidupan tanpa penyakit kesedihan bukan apa-apa

SUATU MALAM BERSAMA PLATH

Sylvia Plath Waktu itu aku mengingat namamu Lewat sepotong bulan yang memerah pipinya suatu malam aku datang mencari bulan Bulan sedang merangkai bunga dalam sebuah wajan Penuh dengan biji mawar, bauksit, timah, beton dan pilar aku datang dengan perasaan haru dan bahagia mengingat saat itu bukan malam apa-apa bukan malam yang mengingatkanku pada sebuah pelukan yang hampir palsu diterpa angin, pelukan menjadi gontai diam-diam aku sapa bulan itu dengan suara parau yang dikeluarkan pelan-pelan asap rokok, uap kopi, roti yang gosong, londrian lima kilogram, dan seprei coklat mereka berloncatan satu demi satu saling berlari menuju mulut dengan bentuk cekung dan lebam mulut itu akan tumbuh menjadi sebuah dunia dengan biji mawar, bauksit, timah, beton dan pilar   air mengalir tanah menjadi kokoh dan cahaya akan muncul dengan pasukannya yang kuning dan hitam lantas saat itu bulan diam-diam mengedipkan matanya yang bulat penuh de

ALIH-ALIH

setelah kembali pada kamar siang itu ketika telpon kita baru saja terputus aku melihat sebuah punggung terbelah sebuah sungai bening dan bukit dengan kehidupan aneh lalu perahu-perahu yang berlayar menjauh aku mereka itu manusia dari tuhan yang lain aku mengambil kamera yang tergeletak suntuk di atas meja selepas tombol dinyalakan aku menangkap sebuah gambar hitam yang melengkug di ujung sana aku kembali mencari gambar dengan posisi yang lain aku setengah berjingkat dari ubin-ubin mereka satu-persatu jatuh ke bawah mereka membikin kepala yang runcing sebelum membentur dasar aku menemukan hitam dalam bentuk yang sama hitam dengan wajah yang hancur dan berdarah dari kasat lubang matanya hitam yang lain mengalir hitam yang hanyut mendekati perahu-perahu yang hendak pergi menemukan tuhan yang baru lantas di sana aku mengira ada sebuah anak panah yang menunjukkan jalan pulang bagi perahu-perahu yang hilang aku memandang ke arah me