Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2010

Dapar

di balik angka-angka yang telah selesai kita hitung dengan tidak percuma, Ayah sebenarnya seperti apa bunyi nafas dari akar bilangan berpangkat itu. kau hanya bilang padaku, "bila ibu membeli sebotol tuak di warung yang berjarak lima kilometer, kau hanya perlu menghitung berapa jumlah nol di baris kedua yang harus kau bawa, lalu dengan kuda mana kau akan sampai di sana" Ayah, kau pernah bilang padaku arloji yang ada di tangan kiriku pernah dibuat oleh seorang anak yang setiap saat setelah datang waktu matahari naik sepenggalah, dia hanya mengerti rumus-rumus balok dan deretan-deretan yang begitu sulit untuk dipahami" "tulis angka-angka yang sudah pernah kau coba lupakan di setiap basah nafasmu!" mungkin itulah yang dapat kupelajari dari hari-hari menjadi anakmu anak yang selalu ingin tahu bagaimana menemukan angka-angka baru yang senantiasa lahir dari setiap penambahan tinggi badanku, dari setiap perkalian jarak dan titik pandanganku atau mungkin Ayah mengisyar...

Potret

-- satu potret kita yang menyisakan satu cerita kucing dan muka tirus /1/ dimulai dari sore itu kita memamerkan sepasang mata kucing di depan cermin tua orang-orang Persia : "kucingku yang ini bulunya halus berbibir manis tepat seperti lolipop persegi yang pernah kita cicipi di perayaan pernikahan orang tuamu" /2/ "kucingku yang ini bertulang rusuk maka kulitnya yang menggambarkan muka tirus membuatku bersusah payah sambil melumat kertas dan alas pupur dari tepung itu supaya terlihat makin putih kucingku" -- di kaca jendela yang memantulkan bayangan kedua kita rambut sebatas bahu /1/ "rambutku hari ini sengaja kubuat merah orang-orang mengira aku tekena lelehan timah gunung di waktu dulu lalu mengering. tak sengaja ketika aku ingin membasuhnya, rambutku berkilat-kilat dan berasap. terbakar kataku! Tidak! ternyata cuma api yang lebih dingin dari dugaanku" /2/ sengaja kulukai tanganku dengan ujung-ujung tumpul kayu ...